Senin, 24 November 2014

Pentingnya Saling Menghargai Dalam Rumah Tangga


sebuah  rumah tangga, diperlukan pondasi yang kuat dan kokoh, salah satunya adalah sikap saling menghargai, baik kekurangan maupun kelebihan pasangan. Sebagai manusia biasa, hendaknya kita senantiasa menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Usaha apapun yang dilakukan manusia, selalu saja menyisakan kekurangan. Untuk itu, alangkah baiknya jika setiap pasutri belajar menghargai kelebihan dan kekurangan masing-masing karena hal itu merupakan salah satu faktor tercapainya kebahagiaan rumah tangga. Dari sini kita mulai bisa memahami betapa pentingnya saling menghargai dalam rumah tangga.

DEFINISI KELUARGA BAHAGIA

 
Salam!

Setiap insan yang hidup di atas muka bumi ini pasti mengimpikan untuk memiliki sebuah keluarga yang bahagia dan harmoni, tetapi apa yang sedihnya tidak semua orang memiliki sebuah keluarga yang bahagia. Di manakah silapnya dan siapakah yang harus di persalahkan jika kita hidup di dalam sebuah keluarga yang saling berantakan dan benci membenci antara satu sama lain.

Setiap individu itu sendiri perlu memahami apa yang dimaksudkan dengan "KELUARGA" dan "BAHAGIA" sebelum menyimpan impian untuk memiliki kedua-duanya. Ada indivdu yang terlalu obses untuk memiliki sebuah keluarga bahagia tetapi malangnya individu itu sendiri tida tahu apa itu keluarga dan apa itu bahagia.
 

DEFINISI KELUARGA

Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga "kulawarga" yang berarti "anggota" "kelompok kerabat". Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah, bersatu.

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.(Menurut Salvicion dan Ara Celis).

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga adalah : - Unit terkecil dari masyarakat - Terdiri atas 2 orang atau lebih - Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah - Hidup dalam satu rumah tangga - Di bawah asuhan seseorang ketua rumah tangga - Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga - Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan tanggungjawab masing-masing - Diciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.

BAGAIMANA MENDIDIK ANAK AGAR MENJADI SHOLEH



Saya mengalami kesulitan dalam mendidik anak-anak saya agar mereka menjadi anak saleh. Saya jadi sering marah dan memukul mereka. Mohon nasehatkan saya dalam masalah ini, juga beritahukan saya buku yang bermanfaat tentang hal ini.

MENJADI PRIBADI YANG BERSYUKUR




    Mereka (Para Jin) bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang dikehendakinya, di antaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi, patung-patung, piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk-periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah wahai keluarga Daud untuk bersyukur kepada Allah. Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (Saba’: 13)



AYAT ini mengabadikan anugerah nikmat yang tiada terhingga kepada keluarga Nabi Daud as sebagai perkenan atas permohonan mereka melalui lisan Nabi Sulaiman 'alaihissallam yang tertuang dalam surah Shaad: 35,
    Ia berkata, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.
Betapa nikmat yang begitu banyak ini menuntut sikap syukur yang totalitas yang dijabarkan dalam bentuk amal nyata sehari-hari.

Tampilnya keluarga Daud sebagai teladan dalam konteks bersyukur dalam ayat ini memang sangat tepat, karena dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah salallahu 'alaihi wasallam bersabda:
    “Shalat yang paling dicintai oleh الله adalah shalat Nabi Daud; ia tidur setengah malam, kemudian bangun sepertiganya dan tidur seperenam malam. Puasa yang paling dicintai oleh الله juga adalah puasa Daud; ia puasa sehari, kemudian ia berbuka di hari berikutnya, dan begitu seterusnya.”
Bahkan dalam riwayat Ibnu Abi Hatim dari Tsabit Al-Bunani dijelaskan bagaimana Nabi Daud membagi waktu shalat kepada istri, anak dan seluruh keluarganya sehingga tidak ada sedikit waktupun, baik siang maupun malam, kecuali ada salah seorang dari mereka sedang menjalankan shalat. Dalam riwayat lain yang dinyatakan oleh Al-Fudhail bin Iyadh bahwa Nabi Daud pernah mengadu kepada الله ketika ayat ini turun. Ia bertanya:
    “Bagaimana aku mampu bersyukur kepada Engkau, sedangkan bersyukur itupun nikmat dari Engkau? Allahberfirman, “Sekarang engkau telah bersyukur kepadaKu, karena engkau mengakui nikmat itu berasal daripada-Ku.”

Keteladanan Nabi Daud yang disebut sebagai objek perintah dalam ayat perintah bersyukur di atas, ternyata diabadikan juga dalam beberapa hadits yang menyebut tentang keutamaan bekerja. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah salallahu 'alaihi wasallam bersabda,
    “Tidaklah seseorang itu makan makanan lebih baik dari hasil kerja tangannya sendiri. Karena sesungguhnya Nabi Daud senantiasa makan dari hasil kerja tangannya sendiri.”
Bekerja yang dilakukan oleh Nabi Daud tentunya bukan atas dasar tuntutan atau desakan kebutuhan hidup, karena ia seorang raja yang sudah tercukupi kebutuhannya, namun ia memilih sesuatu yang utama sebagai perwujudan rasa syukurnya yang tiada terhingga kepada Allah subhanahu wata'ala.




Secara redaksional, yang menarik karena berbeda dengan ayat-ayat yang lainnya adalah bahwa perintah bersyukur dalam ayat ini tidak dengan perintah langsung “Bersyukurlah kepada Allah”, tetapi disertai dengan petunjuk الله dalam mensyukuri-Nya, yaitu “Bekerjalah untuk bersyukur kepada Allah”. Padahal dalam beberapa ayat yang lain, perintah bersyukur itu langsung Allah sebutkan dengan redaksi fi’il Amr, seperti dalam firman Allah yang bermaksud.

mewujudkan keluarga bahagia



 

Keluarga, bagian terkecil dari masyarakat, tetapi sangat mempengaruhi kualitas masyarakat. Pemerintah sejak tahun 1994, tepatnya tanggal 29 Juni, memperingati hari keluarga secara nasional. Tujuannya mengajak seluruh keluarga Indonesia agar melakukan introspeksi dan berbenah diri untuk meningkatkan kualitasnya, sehingga tercipta keluarga bahagia dan sejahtera.

Bagaimana pandangan Islam dalam membentuk keluarga bahagia?